Kamis, 01 Desember 2016

Pengertian Empowerment

Diposting oleh Unknown di 04.53 0 komentar
              A. Pengertian Empowerment

          Empowerment , yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri. Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri. Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu, kemampuan mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan mereka sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang mereka tentukan (Page & Czuba, 1999:3). Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.

B. Kunci efektif empowerment dalam management
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
Soetrisno (1995:139) mengemukakan bahwa paradigma pemberdayaan (empowerment) ingin mengubah kondisi tersebut dengan cara memberi kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang juga mereka pilih sendiri. Kelompok orang miskin ini juga diberi kesempatan untuk mengelola dana pembangunan, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain.
Kemudian timbul pertanyaan, apa perbedaan antara model pembangunan partisipatif dengan model pemberdayaan rakyat (empowerment). Perbedaannya terlihat bahwa dalam model pemberdayaan, rakyat miskin tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan program, perencanaan, dan pelaksanaannya tetapi mereka juga menguasai dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model pembangunan yang partisipatif keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program tersebut.

C. Definisi Stres
Menurut Handoko (dalam Umar, 1998) stress merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi proses berpikir dan kondisi seseorang. Kondisi yang cnderung menyebabkan stress disebut stressor. Menurut Selye (dalam Soeharto) stress adalah respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang diterimanya.

D. Sumber Stres
Semakin berkembang dan majunya teknologi, tuntutan untuk menjadi yang lebih baik membuat persaingan dalam dunia  makin pesat dan makin ketat, sehingga menuntut kinerja yang lebih maksimal, stres  dapat disebabkan oleh :
1.      Sumber stres dari organisasi (seperti tuntutan-tuntutan, dan tanggungjawab yang besar), struktur organisasi, hubungan dalam organisasi, keberadaan organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak luar.
2.      Sumber stres dari kehidupan, seperti kehilangan pasangan hidup.
3.      Kondisi pekerjaan, seperti kondisi lingkungan, baik lingkungan  maupun lingkungan kehidupan,overload,deprivational stress, pekerjaan berisiko tinggi dan iklim.
4.      Ambiguitas dalam berperan dan faktorinterpersonal.
5.      Perkembangan karir.
6.      Cita-cita, dan ambisi.
7.      Kurangnya kontrol yang dirasakan.
8.      Diri individu, seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian.
Menurut Cary Cooper (Rini, 2002) sumber stres  ada lima yaitu sebagai berikut :
1.      Kondisi Pekerjaan.
2.      Lingkungan.
3.      Deprivational stress.
4.      Pekerjaan beresiko tinggi.
5.      Konflik Peran.

 E.  Cara mengatasi stress
1.      Ringkasan penilaian diri Mengidentifikasi gejala - gejala yang muncul dari aktivitas. Tanda – tanda yang muncul menjadi indikator. Dalam hal ini anda dapat mendefinisi apa penyebab stress anda di lingkungan organisasi.
2.      Mengembangkan kemampuan antisipasi masalah di dalam bekerja kita mengukur apa yang terjadi selanjutnya dan bebandan tuntutan apa yang menyebabkan stres bagi anda. dari pengalaman kerja anda dapat melakukan antisipasi untuk mengatasi masalah. Selanjutnya harus menyusun rencana untuk mengatasi setiap masalah dengan mempertimbangkan akibat yang diterima dari tuntutan.
3.      Mengubah tuntutan Mengubah tuntuta dapat dilakukan dengan cara menaikan atau menurunkan sebuah tuntutan. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman – pengalaman terdahulu yang menyebabkan diri kita stress.
   F.  Definisi konflik
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi.

G. Jenis-Jenis Konflik
Handoko (1997) membedakan ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi, yaitu;
1. Konflik dalam diri individu
2. Konflik antar individu dalam organisasi 
3. Konflik antar individu dan kelompok
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama.
5.  Konflik antar organisasi.

H. Proses Konflik
Menurut Pondi, Proses terjadinya konflik sebagai berikut:
1. Konflik Laten (Latent Conflict), konflik Laten merupakan tahap dari munculnya faktor-faktor penyebab konflik dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini ialah persaingan untuk memperebutkan sumberdaya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi di dalam organisasi. 
2. Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict), pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya.
3. Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict), pada tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya.
4. Resolusi Konflik (Conflict Resolution), pada tahap ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan.
5. Konflik Aftermath, jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan konflik yang baru.

      K. Definisi komunikasi.
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh  pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi  (Astrid). Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G). Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981). Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W).

J.  Hambatan dalam Komunikasi
      1. Hambatan dari Proses  Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi  oleh perasaan atau situasi emosional dan hambatan dalam penyandian/simbol.  
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi  kadang-kadang mempunyai  arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
4. Hambatan Psikologis 
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim  dan penerima pesan.






 

Desi Fauziyyah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review